Belajar Takkan Pernah Habis Meskipun Dimakan Usia

Newsrakyat.com - Sebagai manusia kita perlu banyak belajar. Belajar dari siapa pun. Dari binatang, tumbuh-tumbuhan, dan alam semesta. Semua memberikan pelajaran bagi siapa saja yang mau berpikir. 

Contoh yang sederhana adalah belajar dari binatang, tanpa harus menjadi binatang.

Seperti belajar dari ayam. Kalau dari segi manfaat sebenarnya hidup kita ini masih kalah dengan ayam. Ayam dari hidup sampai mati membawa manfaat buat hidup manusia. Kita bisa bekerja, berdagang, punya usaha, dapat uang, karena ayam. 

Ayam mati dagingnya bisa kita makan dan kita jual. Bulu ayam bisa digunakan untuk bahan pembuatan berbagai macam peralatan. Dari hidup sampai mati ayam membawa manfaat bagi hidup manusia.

Ayam hidup hanya punya satu nama saja "ayam". Tetapi kalau sudah mati punya banyak nama. Dari ayam panggang, ayam goreng, ayam opor, ayam geprek, sampai sate ayam, soto ayam. Dan sebagainya.

Sedangkan manusia hidup namanya banyak. Punya banyak nama. Bahkan punya banyak gelar. Tetapi kalau sudah mati namanya cuma satu "mayat". Dan kalau kita sudah mati tidak bisa bermanfaat bagi orang yang masih hidup. 

Itu perbandingannya dengan seekor ayam. Belum binatang yang lainnya. Seperti ikan, sapi, kambing, bahkan sampai sayur-sayuran pun dari segi manfaat sebenarnya kita masih kalah.

Sayuran tumbuh dan hidup tidak menyusahkan manusia. Kita hidup kadang, bahkan sering menyusahkan orang lain. Pohon pisang tumbuh dan hidup tidak saling menyakiti. Kita hidup kadang sering menyakiti orang lain.

Berarti belajar itu tidak ada habisnya. Belajar untuk ngaji. Ngaji diri. Ngaji alam. Mengkaji dari semua yang ada di sekitar kita.

Jangan malu untuk mengakui bahwa semut hidupnya lebih rukun dari manusia. Semut hidup berkelompok dan saling membantu. Mereka tidak sekolah. Mereka tidak punya agama. Tetapi hidup mereka damai dan harmonis. Mereka hidup mengutamakan sifat gotong royong, saling membantu kepada sesama.

Jangan malu untuk belajar dari hidupnya lalat. Lalat yang biasa hidup di tempat sampah yang kotor, mengerumuni sisa-sisa makanan, tetapi tidak pernah melihat mereka berkelahi, saling bunuh berebut makanan.

Berbeda dengan diri kita manusia yang dinyatakan sebagai "makhluk yang sempurna" dan berakal. Kita perlu waktu yang lama untuk saling peduli terhadap sesama. Kita butuh belajar bertahun-tahun untuk bisa hidup rukun dan saling membantu. Kita perlu proses yang panjang untuk memiliki kesadaran dan tanggung jawab terhadap kehidupan. Kita merasa bahwa diri kita makhluk yang sempurna, namun kenyataannya kita tidak lebih baik dari binatang.

Salam bahagia//(Setyatuhu)
Diberdayakan oleh Blogger.